KABARPARLEMEN.ID – Namanya singkat, Acep. Perawakannya tinggi. Kepeduliannya terhadap kaum kurang mampu, terutama sekali dalam mendapatkan pelayanan kesehatan; begitu besar.
Pria berusia 51 tahun ini kelahiran Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Pernah mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Linggabuana (1993-1997), menyandang gelar Sarjana Ilmu Politik.
Kini Acep duduk di DPRD Kabupaten Tasikmalaya, dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bukan perjalanan pendek yang ia lalui sebelum sampai ke gedung parlemen itu.
Mula-mula ia menapaki politik dengan mengikuti kontestasi Pemilihan Kapala Desa. Ia terpilih menjadi Kepala Desa Pamoyanan, Kecamatan Kadipaten, selama dua periode.
Uniknya, pada saat menjabat Kepala Desa Pamoyanan itu ia mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dengan nama Sarekat Peduli Rakyat Kecil (Saperak). LSM ini fokus membantu masyarakat pada sektor kesehatan.
“Membantu masyarakat itu saya tidak perlu pilih-pilih. Siapa pun asal warga Kabupaten Tasikmalaya, harus bisa berobat gratis dengan persyaratan cukup dengan KTP. Syarat tersebut khusus bagi masyarakat yang tidak tercover BPJS Kesehatan,” kata Acep.
Perjuangan Acep tergolong tidak mudah. Ia sampai harus menyulap mobil VW tahun 1970 miliknya menjadi ambulan. Mobil ini juga yang selalu ia gunakan saat ngantor di DPRD Kabupaten Tasikmalaya, meskipun sesekali suka mogok.
Berhasil sebagai kepala desa, ditambah kepeduliannya yang besar terhadap masyarakat kurang mampu, Acep selalu mendapat dorongan untuk mencalonkan untuk DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Dorongan itu akhirnya ia amini, sampai berhasil.
Tetap Membumi
Menjadi anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya tidak mengubah karakter Acep. Ia tetap membumi dengan bergaul secara cair dengan masyarakat umum. Termasuk dalam bertani.
Bertani memang menjadi salah satu aktivitasnya sejak lama. Toh ia memiliki tanah sawah yang cukup luas bahkan jauh-jauh hari sebelum menjadi pejabat.
Pengalaman bertani yang panjang itulah, di antaranya, yang membuat Acep paham betapa petani selalu berkutat dengan persoalan perekonomian. Hasil tani hampir selalu di bawah modal yang dikeluarkan sepanjang pemeliharaan.
“Jelas saya sangat prihatin dengan kondisi petani. Karena itu, sekarang saya sedang melakukan ikhtiar meningkatkan hasil tani. Bila berhasil, pola bertani ini akan saya tularkan kepada yang lain,” niat Acep.
Terjun langsung ke ranah pertanian juga bukan tanpa sebab. Acep sadar betul bahwa memberi solusi kepada petani itu harus dengan bukti dulu, tidak cukup dengan iklan sebuah teori.
Adapun sistem pertanian yang ia kembangkan adalah menggunakan pupuk organik. Ia berjuang mengembalikan kondisi tanah ke asalnya. Setiap menanam, diupayakannya selalu agar PH tanah sudah meningkat.
Meski merambah sektor pertanian, perhatian Acep terhadap akses kesehatan masyarakat tidak luntur. Ia tetap terlibat memperjuangkannya. Meskipun secara teknis kini LSM Saperak sudah diteruskan kawan-kawannya.
“Kalau soal kesehatan, itu tetap penting. Itu menyangkut nyawa seseorang. Orang sakit tidak bisa ditunda, apalagi jika sangat mendesak memerlukan penanganan medis. Kami perjuangkan sampai rumah sakit, walaupun kadang harus beradu urat dulu dengan petugas di rumah sakit,” kenang Acep.
Komentar