KABARPARLEMEN.ID – Mulai dari kebiasaan ikut nongkrong. Kemudian berdiskusi soal kondisi bangsa. Akhirnya bergabung dengan partai dan berpolitik hingga menjadi anggota DPRD selama berperiode-periode.
Itulah jalan hidup Aef Syarifudin, pria kelahiran Tasikmalaya, 5 Februari 1968. Ia bergabung dengan PDI Perjuangan pada 1998, masa-masa hangatnya Reformasi.
“Gabung PDI Perjuangan sejak pemuda. Kalau dihitung-hitung, setengah dari usia saya ada di PDI Perjuangan,” ujar Aef sambil tersenyum.
Aef mengaku bergabung dengan PDI Perjuangan karena sejumlah kebetulan. Pertama, kebetulan karena waktu itu di dekat rumahnya, di Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, terletak sekretariat DPAC PDI Perjuangan.
Kedua, kebetulan yang menjadi pengurus pada DPAC PDI Perjuangan itu adalah kawan-kawan Aef. Ia sendiri belum bergabung, hanya suka ikut nongkrong.
Dalam tongkrongan itu sering berdiskusi seputar ide-ide besar Ir. Soekarno, deklarator kemerdekaan sekaligus Presiden Republik Indonesia yang pertama. Aef pun tumbuh menjadi pemuda pengagum Bung Karno.
“Karena kebetulan-kebetulan itu saja saya ikut bergabung. Karena semuanya sama-sama para pengagum Bung Karno,” kenang Aef.
Di luar kebetulan-kebetulan itu, Aef tidak merasa punya faktor lain. Dari segi akademik juga saat itu ia belum mengenyam pendidikan tinggi, bukan aktivis kampus, hanya aktif di organisasi kampung.
Peristiwa Reformasi lah yang menempa intelektualitas Aef melalui kawan-kawannya yang lebih dulu bergabung dengan PDI Perjuangan. Pada saat itu partai berlambang kepala banteng ini memang banyak membentuk posko hingga ke desa-desa.
“Waktu itu juga sedang menjamurnya Posko. Dari situlah saya bergabung dengan PDI Perjuangan dan sampai sekarang,” lanjut ayah bagi lima orang anak itu.
Hasil Perjuangan
Aef meniti karir politik memang dari level paling rendah. Ia terus berjuang secara konsisten, sampai mengikuti kontestasi untuk masuk ke DPRD Kabupaten Tasikmalaya.
Perjuangan Aef membuahkan hasil pada Pileg 2004. Ia menjadi salah satu Caleg dari PDI Perjuangan yang lolos menjadi anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya dari Dapil 3.
“Alhamdulillah ada rejekinya tahun 2004 saya sudah masuk di DPRD. Saya terpilih karena kebetulan pada waktu itu sistem Pemilu masih proporsional tertutup. Saya jadi Ketua Fraksi,” lanjut kakek bagi satu orang cucu itu.
Aef menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan pada DPRD Kabupaten Tasikmalaya hanya dua tahun lebih. Pada 2007 ini naik menjadi Pimpinan DPRD.
Proses pergantian antar waktu Pimpinan DPRD Kabupaten Tasikmalaya sendiri karena saat itu Ketua DPC PDI P yang menjabat sebagai Pimpinan DPRD, meninggal dunia. Aef yang menggantikannya.
Pada Pileg 2009, Aef kembali lolos menjadi anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Di internal partai, ia sudah menjadi pengurus DPC PDI Perjuangan, di bawah kepemimpinan Ade Sugianto.
Karena duduk bareng Ketua DPC, Aef tidak lagi jadi Pimpinan DPRD. Tugasnya bergeser ke Ketua Komisi. Jabatan ini juga sementara, sebelum kembali jadi pimpinan, karena di kemudian hari Ade Sugianto mengikuti kontestasi Pilkada Kabupaten Tasikmalaya.
Pada Pileg 2014, Aef kembali terpilih untuk periode yang ketiga. Posisinya bergeser menjadi Ketua Badan Kehormatan pada DPRD Kabupaten Tasikmalaya.
Sementara pada Pileg berikutnya, tahun 2019 Aef gagal terpilih. Salah satu faktornya karena partai menugaskannya mencalonkan di Dapil yang berbeda, yaitu Dapil 7. Aef yang orang utara mencalonkan diri di daerah selatan.
“Tetapi di perjalanan saya masuk lagi, PAW, karena anggota yang satu Dapil dengan saya mengundurkan diri. Jadi pada 2023 saya masuk lagi. Jadi anggota Komisi IV,” kata Aef.
Terakhir, pada Pileg 2024 beberapa bulan lalu, Aef kembali ke Dapil asalnya, Dapil 3. Ia pun terpilih dan menjadi pimpinan DPRD Kabupaten Tasikmalaya untuk sampai tahun 2029.
Meningkatkan Kapasitas dan Dukungan Keluarga
Menjadi wakil rakyat di parlemen menyadarkan Aef akan pentingnya meningkatkan kapasitas. Salah satunya melalui pendidikan tinggi. Perjalannya ini dimulai dari D1 Akademi Pariwisata.
Kemudian pada 2013, Aef meraih gelar sarjana dari STH Galunggung. Tidak sampai di sana, ia melanjutkan studi ke S2.
“Jadi kuliah itu setelah saya menjadi dewan. Alhamdulillah pendidikan itu dapat menunjang di pekerjaan,” kata Aef.
Aef menyadari bahwa perjalannya itu belum tentu berhasil tanpa dukungan penuh dari keluarga. Karena menurutnya, menjadi politikus sangat berbeda dengan profesi-profesi yang lain.
“Yang sangat utama menurut saya jika mau terjun ke politik adalah dukungan keluarga. Pemahaman dan kesadaran dalam keluarga itu penting. Kalau tidak didukung oleh keluarga, saya kira sulit,” pesan Aef.
Berkat dukungan itulah Aef bisa fokus berjuang bagi orang banyak di DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Ia mendorong program-program yang selaras dengan ideologi partai. Di antaranya ekonomi kerakyatan dan kepedulian terhadap masyarakat kecil.
Komentar