KABARPARLEMEN.ID – Cecep Nuryakin dipercaya sebagai ketua sementara di DPRD Kabupaten Tasikmalaya periode 2024-2029, Senin (2/9/2024). Politikus yang mula-mula meniti karir di Partai Demokrat kemudian beralih ke Partai Gerindra itu mula-mula ternyata hobi berbisnis.
Cecep Nuryakin adalah kelahiran Kabupaten Tasikmaaya, 21 Agustus 1983. Tepatnya di Kampung Ciawi, Kecamatan Bojonggambir; wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya.
Ayahnya berasal dari Kampung Cilampunghilir, Kecamatan Padakembang. Ibunyalah yang berasal dari Bojonggambir. Tetapi kemudian sejak kelas 4 SD, Cecep berpindah ke Kampung Cilampunghilir. Setelah setahun sebelumnya sang ibu meninggal dunia.
Anak bungsu dari tiga bersaudara itu sejak kecil hidup di lingkungan pesantren. Karena sang ayah, K. H. Burhanudin, adalah seorang pimpinan Pesantren As-Sofa. Bahkan saat mendiang ibunya masih hidup, sang ayah sering pulang-pergi antara Bojonggambir-Cilampunghilir, untuk berkhidmat di pesantren.
Wasiat Belajar di Cipasung
Menginjak remaja, Cecep melanjutkan studi di Cipasung, sejak tingkat SLTP hingga SLTA. Adalah wasiat sang kakek yang menghantarkannya ke sana.
“Belajar di Cipasung itu karena ada amanat atau semacam dari kakek saya. Karena kakek saya itu berkawan dekat dengan K. H. Ilyas Ruhiat. Jadinya, saya ke sana,” kenang Cecep.
Hobi Berbisnis
Sejak duduk di tingkat SLTP itulah Cecep sudah mulai menggemari bisnis. Hal itu tidak terlepas dari aktivitas orangtuanya. Sang ayah, di samping mengembangkan lembaga pendidikan, juga berusaha jualan minyak tanah dan membuka Wartel.
Jadi, setiap sepulang sekolah, mantan Ketua Bapemperda pada DPRD Kabupaten Tasikmalaya periode 2019-2024 itu mendapat tugas menjaga wartel. Dari tugasnya itu juga ia bisa mendapatkan uang jajan.
“Ayah saya itu mendidik saya untuk tidak meminta uang dengan cuma-cuma. Sejak kecil saya tidak dikasih uang jajan. Tapi setiap bulan mendapatkan uang hasil dari menunggu Wartel itu,” lanjutt Cecep.
Berkat pola didikan itulah jiwa berbisnis tumbuh dalam diri Cecep. Hal itu berlanjut saat kuliah di Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya. Ia dapat menangkap peluang bahwa pada saat itu mahasiswa sudah mulai memegang handphone.
Cecep pun berjualan pulsa sambil kuliah. Dari hasil usahanya itulah ia dapat membiayai studinya. Karena praktis tidak pernah mendapatkan uang dari orangtuanya.
“Saya kuliah di Unsil juga tanpa bilang kepada ayah. Daftar sendiri dan dengan uang sendiri. Ayah baru tahu saya kuliah di Unsil setalah saya menjadi mahasiswa sekitar satu tahun,” tambah Cecep.
Memilih kuliah sebetulnya karena terpikir oleh Cecep untuk beralih dari bisnis ke praktisi pendidikan. Ia hendak menghargai orangtuanya yang bekerja keras merintis lembaga pendidikan. Karena itulah ia ingin menjadi guru.
Saat memilih jurusan pun, jiwa bisnisnya sangat mendominasi. Jatuhlah pilihannya pada jurusan Pendidikan Ekonomi. Dalam kata lain, masih ada korelasi antara pendidikan dengan bisnis.
Mulai Mengajar
Status Cecep masih mahasiswa pada 2004. Ayahnya sudah kadung tau kalau anaknya itu kuliah di Fakultas Pendidikan. Sehingga pada suatu ketia, sang ayah bertanya apakah ada minat dalam diri anaknya untuk mengajar.
“Jadi, suatu ketika ayah bertanya, benar mau mengajar? Saya jawab, iya. Ya sudah, silahkan melamar. Prodesural saja. Saya kira karena saya anaknya bisa masuk begitu saja, ternyata harus melamar juga. Saya pun melamar pekerjaan, lalu mengajar mata pelajaran IPS,” kata Cecep sambil tertawa.
Aktif Berpolitik
Bertahun-tahun Cecep menjadi guru. Bisnisnya pun tetap berjalan, bahkan terus berkembang. Pada beberapa kesempatan ia juga menjalin kerja sama dengan pemerintah, seperti pada bidang konstruksi dan lain sebagainya.
Nasib kemudian membawa Cecep ke kancah politik praktis. Baginya, itu terjadi secara kebetulan. Apalagi yang menjadi pelabuhannya Partainya Demokrat.
“Berpolitik kebetulan saja. Jadi, pada tahun 2013 saya mendapat telepon dari Ketua DPC Partai Demokrat H. Ucu Asep Dani. Padahal ayah saya itu salah satu Dewan Syuro di PKB,” ujar Cecep.
Setelah sempat tarik ulur antara bersedia dan tidak, akhirnya Cecep menyanggupi untuk bergabung. Itupun atas sepengetahuan dan izin sang ayah. Karena antara keluarganya dengan keluang Ucu Asep Dani masih ada pertalian kerabat.
Begitu bergabung, Cecep langsung mendapat jabatan Wakil Ketua pada tubuh DPC Partai Demokrat Kabupaten Tasikmalaya. Kebetulan saat itu ada momentum pergantian sejumlah pengurus.
Sebagai Wakil Ketua, Cecep mendapat tugas menjadi Ketua Penjaringan Bakal Calon Anggota DPRD. Namanya mulai dikenal luas sebagai politikus. Karena sering mengundang media untuk melakukan sosialisasi kegiatan partai bergaitan dengan pencalegan.
Di luar dugaan, ketua partai mendorong Cecep ikut berkontestasi. Ia merasa bingung, karena selain tidak ada persiapan, juga tak tau harus memilih Dapil mana. Di Dapil 2 tempatnya tinggal, ada Ketua DPC yang juga mencalonkan diri.
“Karena bingung, akhirnya saya memilih nyalon di tempat kelahiran, Dapil 7. Alhamdulillah, singkat cerita, saya lolos jadi anggota dewan,” syukur Cecep.
Pada pertengahan tahun lalu, cerita Cecep dengan Partai Demokrat berakhir. Ia pun berpindah ke Partai Gerindra. Kemudian mencalonkan diri menjadi anggota DPRD dan lolos kembali. Hingga setelah pelantikan ia dinobatkan sebagai ketua sementara.
Komentar