KABARPARLEMEN.ID — Dalam dunia politik, tidak banyak yang mampu bertransisi dari aktor di belakang layar menjadi figur sentral di panggung politik. Salah satu sosok yang berhasil melakukan ini adalah Deni Daelani.
Deni Daelani adalah satu dari 50 anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Ia berasal dari Partai Gerindra.
Sebelum menggeluti politik praktis di permukaan, Deni berangkat dari konsultan politik. Ia membawa perspektif tajam dalam melihat realitas sosial-politik. Itulah yang menjadikannya salah satu politisi yang mencolok di wilayahnya.
Deni sendiri beraktivitas politik praktis di Kabupaten Tasikmalaya karena sang istri. Karena ia lahir dan tumbuh di Sukabumi, sebuah kota di Jawa Barat yang masyhur dengan keasriannya.
Deni muda dikenal sebagai sosok yang cerdas dengan rasa ingin tahu yang besar. Tumbuh dewasa mengembara ke Bandung untuk menempuh perkuliahan. Sampai meraih gelar Sarjana Hukum.
Di kampus, Deni adalah seorang aktivis. Ia memilih Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai tempatnya menempa diri. Tempat membentuk karakter kepemimpinan, sebagaimana banyak tokoh nasional yang besar melalui organisasi tersebut.
Mula-mula Deni mengikuti Latihan Kader (LK 1), sebuah proses pengkaderan yang menjadi pintu masuk untuk memahami dinamika sosial-politik secara lebih mendalam. Aktivitas ini menjadi salah satu pondasi awal baginya dalam memahami kompleksitas masyarakat dan tantangan bangsa.
“Ya, di HMI lah saya mengikuti banyak kajian. Selain berdiskusi soal intelektualitas, juga membahas isu-isu kebangsaan. Apa saja tantangan yang dihadapi bangsa ini,” kata Deni.
Pada pase kehidupan selanjutnya, politikus Partai Gerindra ini menjadi konsultan politik. Kerjanya di belakang layang. Bidang ini tidak hanya memberinya pemahaman mendalam tentang “laboratorium sosial-politik,” tetapi juga membentuk kepekaannya terhadap dinamika kontestasi politik.
Sebagai konsultan politik, Deni mencadi semacam dokternya politik. Ia merancang strategi, menganalisis data, dan memandu kandidat dalam memenangkan Pemilu.
“Dalam dunia kontestasi politik, semua orang; baik kandidat maupun tim sukses, seolah-olah menjadi ‘dokter’,” hemat Deni.
Namun menurutnya, sebagai dokter politik, tidak jarang konsultan memberikan diagnosis yang keliru. Itu karena faktor kurang pemahaman terhadap realitas sosial dan dinamika masyarakat.
Seiring dengan perjalanan waktu, pengalaman menjadi konsultan membuat Deni sadar bahwa perencanaan dan eksekusi dalam politik harus dilakukan dengan penuh perhitungan yang realistis. Ia belajar bahwa politik adalah seni membaca peluang dan memahami kebutuhan masyarakat.
“Jadi kerjaan saya dulu itu mendampingi para politisi dalam melakukan kontestasi politik. Saya melihat politik sebagai medan yang menuntut lebih dari sekadar strategi. Politik itu memerlukan empati, kejujuran, dan keberanian untuk mengambil keputusan sulit,” simpul Deni.
Maju ke Depan Layar
Setelah bertahun-tahun berada di balik layar, Deni akhirnya memutuskan untuk maju ke depan layar. Ia terjun langsung ke dunia politik praktis sebagai pelaku, atau kandidat.
“Menjadi seorang politisi itu bagi saya adalah langkah alami berikutnya untuk menerapkan apa yang telah saya pelajari selama menjadi konsultan,” kata Deni.
Partai Gerindra kemudian menjadi pilihan pelabuhannya. Baginya, partai ini memiliki kesamaan ideologi. Nilai-nilai yang menjadi perjuangan partai berlambang burung garuda itu, kurang lebih sejalan dengan visinya dalam membangun masyarakat. Yaitu lebih adil dan sejahtera.
Berpartai berarti memasang target-target. Deni pun memantapkan diri mencalonkan sebagai anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya untuk Daerah Pemilihan 4. Ia mengaku, perjuangannya tidak mudah.
Tantangan sudah datang bahkan sejak proses pencalonan dimulai. Sebab sebagai orang baru, Deni harus bersaing dengan kandidat-kandidat lain yang juga memiliki dukungan kuat di tingkat lokal.
Tapi Deni punya modal kejelian dalam membaca dinamika sosial-politik. Ia mampu menyusun strategi kampanye yang tidak hanya efektif, tetapi juga menyentuh kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Kejelian itu pula yang membawanya duduk di DPRD Kabupaten Tasikmalaya untuk periode 2019-2024. Sebagai anggota DPRD pun Deni membawa pendekatan yang unik. Ia melihat tugasnya sebagai politisi tidak jauh berbeda dengan perannya sebagai konsultan.
“Politik itu seperti laboratorium. Kita harus terus mengobservasi, menganalisis, dan membuat keputusan berdasarkan data yang ada,” ujarnya.
Prinsipnya sama dengan konsultan atau “dokter politik”. Tugasnya mendiagnosis masalah masyarakat dan mencari solusi terbaik.
Bagi Deni, setiap keputusan harus berdasarkan pada pemahaman mendalam tentang realitas sosial. Pendekatan ini membuatnya dikenal sebagai legislator yang tidak hanya peka terhadap kebutuhan konstituennya, tetapi juga mampu menawarkan solusi yang praktis dan realistis.
Salah satu fokus utama Deni di DPRD adalah meningkatkan kualitas layanan publik dan memperkuat ekonomi lokal di wilayah Dapil 4 Kabupaten Tasikmalaya. Ia percaya bahwa politik harus memberikan dampak nyata bagi masyarakat, bukan sekadar retorika atau janji-janji kosong.
Adapun posisinya di Komisi I membuatnya berani untuk kritis. Deni tidak segan melontarkan kritik, masukan dan saran kepada Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. Meskipun kadang pandangannya sesekali membuat kuping pemerintah cukup panas.
Pada akhirnya Deni mengakui bahwa pengalaman memberinya pelajaran berharga. Bahwa keberhasilan dalam berpolitik bukan hanya soal memenangkan Pemilu. Lebih jauh dari itu, yaitu soal mempertahankan kepercayaan masyarakat.
Untuk itu, sebisa mungkin Deni selalu berusaha untuk transparan dan akuntabel dalam mengusulkan setiap kebijakan. Ia barharap langkahnya bisa menjadi inspirasi yang memotivasi generasi muda lainnya.
“Saya percaya generasi muda memiliki peran penting dalam menentukan arah masa depan bangsa ini. Karena itu saya sering mendorong anak-anak muda untuk aktif dalam organisasi, mengikuti pelatihan kepemimpinan, dan berani mengambil peran dalam politik,” Deni menandaskan.
Komentar