oleh

Gumilar A. Purbawisesa, Berangkat dari Pesantren

KABARPARLEMEN.ID – Satu dari sekian anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya yang tumbuh besar di lingkungan pondok pesantren adalah Gumilar A. Purbawisesa. Sejak belia hingga dewasa, ia diasuh dalam nuansa keagamaan pondok pesantren Baitul Hikmah.

Pesantren itu sendiri lebih masyhur dengan sebutan Pesantren Haur Kuning. Ya, Gumilar memang salah satu anggota dari sesepuh pesantren tersebut.

Pria berusia 37 tahun itu mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. Ia memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada 2011. Delapan tahun berselang kemudian menjadi anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya.

Bagi Gumilar, pesantren sangat besar artinya. Sebab sekecil apapun ilmu yang didapatkan di pesantren, niscaya bermanfaat bagi masa depan santri-santrinya.

“Saya membuktikan bahwa jebolan pesantren bisa menjadi seorang legislator. Itu toh tidak salah apalagi haram. Justru banyak juga jebolan pesantren yang menjadi anggota dewan di provinsi bahkan pusat. Bahkan Gus Dur sendiri, anak pesantren yang hidup lama di pesantren, bisa menjadi seorang presiden,” kata Gumilar.

Dengan banyaknya bukti santri yang sukses menjadi politisi, Gumilar mendorong supaya santri tidak boleh minder atau underestimate. Syaratnya memang berupaya untuk menguasai ilmu yang ada.

Kurikulum pesantren juga tidak boleh kaku. Bagi Gumilar, beberapa syarat kesuksesan bagi para santri adalah menguasai bahasa dan teknologi. Skil juga perlu diasah, sesuai dengan spesialisasi yang menjadi minatnya.

Di Pesantren Haur Kuning, Gumilar menyaksikan itu semua. Sebab di sana, kegiatan santri bukan hanya mengaji. Bagi santri dengan level lebih tinggi bisa mendalami keahlian dalam berbagai bidang; misalnya arsitektur hingga mengemudikan kendaraan.

“Artinya, pondok pesantren itu bukan tempat pendidikan kuno, bukan tempat pengajaran tradisional. Justru itulah miniatur kehidupan para santrinya di masa depan,” tekan Gumilar.

Dalam keyakinan Gumilar, santri hari ini perlu dibekali dengan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing dan teknologi informatika. Tentu tidak boleh mengesampingkan ngaji juga.

“Bahasa dan komputer wajib dikuasai sekarang ini, termasuk oleh santri. Saya yakin dan saya meminta kepada siapa pun yang berkecimpung di dunia pesantren, tolong santri-santrinya kalau sudah paham betul mengenai kitab kuning, bekali dengan life skill,” pinta Gumilar.

Komentar