KABARPARLEMEN.ID — Dalam dunia politik Kabupaten Tasikmalaya, Nanang Romli menjadi salah satu figur yang menarik perhatian. Sejak menapaki jalan politik, ia menempatkan rakyat sebagai Tuan.
Kini Nanang Romli menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan pada DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Sementara di internal partai, jabatannya sebagai Bendahara DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tasikmalaya.
Filosofi Nanang dengan meletakkan rakyat sebagai Tuan akan menghantarkan politikus pada kemenangan politik. Sebab kemenangan partai bukan sekadar pencapaian pribadi atau institusional, tetapi kemenangan seluruh rakyat.
Berawal dari Memimpin Desa
Nanang Romli lahir dan besar di lingkungan pedesaan. Ayahnya seorang tokoh agama, Ajengan. Lazimnya di pedesaan, seorang tokoh agama praktis menjadi tokoh masyarakat juga. Ayahnya itulah yang sebagian besar membentuk pandangan hidupnya.
Kultur kehidupan masyarakat desa yang penuh dengan kebersamaan, gotong royong; Nanag pandang sebagai nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi akar dari prinsip-prinsip kepemimpinan. Itulah modal baginya saat menjadi pemimpin.
Riwayat kepemimpinan sekaligus kiprah Nanang dalam dunia praktis kurang lebih berawal pada 2007. Ia terjun pada kontestasi Pemilihan Kepala Desa, atas dorongan dan permintaan masyarakat setempat.
Perolehan suara Nanang sebagai pendatang baru sangat luar biasa. Mencapai 80% masyarakat memilihnya. Padahal, yang menjadi rivalnya bukan orang baru di kancah politik di desanya.
Nanang tidak menyia-nyiakan kepercayaan besar itu. Ia curahkan dedikasinya yang paling tinggi untuk membangun desa. Pengembangan sarana keagamaan, infrastruktur, dan gedung pemerintahan menjadi prioritasnya.
“Saya prioritaskan semua itu orientasinya cuma satu, yaitu peningkatan kualitas hidup masyarakat. Karena walaubagaimanapun, masyarakat jelas membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai,” ujar Nanang.
Berlabuh di PDI Perjuangan
Nanang berlabuh di PDI Perjuangan bukan tanpa dasar. Ia mengaku sudah sangat lama tertarik dengan partai berlambang kepala banteng itu. Apalagi dengan adagiumnya, “Partai Wong Cilik”, gambaran dari visi perjuangan membela kepentingan rakyat kecil.
Ketertarikan Nanang pada PDI Perjuangan sudah tumbuh sejak tahun 1987. Usianya pun masih sangat remaja. Tetapi baru pada 2010 ia bergabung menjadi kader PDI Perjuangan, lebih kurang tiga tahun sejak menjabat sebagai Kepala Desa.
Nanang menyelesaikan tugas sebagai Kepala Desa Banyurasa, Kecamatan Sukahening, selama dua periode. Palabuhan selanjutnya adalah Pemilihan Anggota Legislatif 2019 dari PDI Perjuangan, Daerah Pemilihan 2.
“Saya melihat PDI Perjuangan ini sebagai alat perjuangan politik yang efektif untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, terutama di pedesaan. Apalagi saya sudah menjadi pengurus partai, maka memutuskan untuk mencalonkan diri jadi anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya,” lanjut Nanang.
Pertama kali terjun ke kancah politik yang lebih luas, pencapaian Nanang Romli kembali menjadi sejarah Pemilu Legislatif 2019. Perolehan suaranya menjadi yang tertinggi di PDI Perjuangan, lebih dari 8.000 suara. Dua orang petahana pun mampu ia lewati.
Bagi Nanang, pencapaian itu tidak datang dengan mudah. Investasinya sudah sangat lama, dengan cara terus dekat dengan masyarakat. Bahkan kiprahnya pun memang atas izin masyarakat.
“Sebelum nyalon pada Pileg 2019 juga saya terlebih dahulu meminta izin kepada masyarakat. Saya memang sering turun langsung ke lapangan untuk mendengar keluhan dan kebutuhan rakyat, terutama di daerah pedesaan. Jadi, sudah dianggap sebagai ‘anak desa’ saya itu. Mungkin masyarakat menganggap saya memahami betul kondisi dan aspirasi mereka,” kenang Nanang.
Perjuangan di DPRD
Di DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Nanang menempati Komisi III. Salah satu tufoksinya adalah membidangi infrastruktur. Posisi yang sangat sesuai dengan latar belakang dan komitmennya dalam memperjuangkan pembangunan infrastruktur di pedesaan.
Dalam kata lain, perjuangan Nanang seperti terus berlanjut. Di Komisi III pun ia terus mengupayakan pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya yang menjadi kebutuhan mendasar bagi warga. Baginya, infrastruktur bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi juga upaya menciptakan aksesibilitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai politisi PDI Perjuangan, Nanang menegaskan komitmennya untuk menempatkan rakyat sebagai tuan. Filosofi ini sejalan dengan ideologi PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang terbuka untuk semua kalangan.
“Saya percaya bahwa tugas utama seorang politisi adalah melayani rakyat, bukan sebaliknya. Dalam setiap kebijakan yang didukung saya selalu memastikan bahwa kepentingan rakyat menjadi prioritas utama. Kemenangan politik juga bukan sebagai hasil akhir, tetapi sebagai alat untuk mencapai kemenangan yang lebih besar, yaitu kemenangan rakyat,” tandas Nanang.
Komentar