KABARPARLEMEN.ID–Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Asep Sopari Al Ayubi menilai dunia pendidikan pada masa pandemi Covid-19 berhadapan dengan tantangan yang luar biasa. Betapapun, mendidik generasi bangsa menjadi banyak hambatan.
Untuk meminimalisir tantangan tersebut, Asep memandang ada tiga hal penting yang semestinya menjadi perhatian bersama. Pertama, infrastruktur pendidikan; baik berupa bangunan sebagai penunjang pembelajaran luring, maupun internet dan gadget sebagai penunjang pembelajaran daring.
“Dalam hal infrastruktur, saya kira Pemkab Tasikmalaya kurang menunjukkan komitmennya untuk dunia pendidikan. Buktinya, infrastruktur yang rusak jumlahnya masih di atas 1.000 sekolah,” ujar Asep.
Adapun rincian bangunan sekolah SD rusak, sebagaimana terevaluasi dalam LKPJ Bupati Tasikmalaya tahun anggaran 2020; antara lain sebanyak empat ruangan rusak total, sebanyak 1.074 ruangan rusak berat, sebanyak 1.027 ruangan rusak sedang, dan sebanyak 4.023 ruangan rusak ringan.
Sementara ruangan dalam keadaan baik dari total 6.892 ruangan hanya 764 ruangan. Itu tersebar di sebanyak 1.087 SD se-Kabupaten Tasikmalaya. Bahkan baru 511 SD yang memenuhi standar nasional pendidikan (SNP).
Begitupun dengan infrastruktur penunjang pembelajaran daring. Masih sangat banyak daerah di Kabupaten Tasikmalaya yang belum tersentuh jaringan internet.
Bahkan banyak siswa juga yang untuk membeli gadget pun belum mampu, karena faktor perekonomian orangtua.
Kedua, Kabupaten Tasikmalaya harus memerhatikan kurikulum sekolah yang menjadi panduan baku. Kurikulum ini tentu saja yang relevan dengan pola pembelajaran di tengah pandemi Covid-19.
“Tentu saja kurikulum baku ini adalah kurikulum yang mendukung untuk mewujudkan anak agar memiliki karakter, percaya diri, dan keterampilan,” tambahnya.
Ketiga, pendidikan di Kabupaten Tasikmalaya harus memerhatikan sumber daya guru (SDG). Asep bahkan menilai poin ini sebagai kompenen yang amat penting dan berpengaruh dalam menyukseskan pendidikan nasional.
Masalahnya, Kabupaten Tasikmalaya menghadapi kenyataan yang kurang menguntungkan. Sebab pada kenyataanna jumlah guru dan murid pada hari ini masih jauh dari ideal.
“Tahun kemarin kan banyak guru yang purna tugas, pensiun. Jelas ini juga tantangan yang harus segera ditangani. Pemerintah harus berusaha secepat mungkin menutupi kekurangan itu,” Asep menekankan.
Sementara itu, politisi Partai Gerindra ini juga berkeyakinan bahwa belajar tatap muka akan memeberi dampak positif pada perkembangan anak didik. Tepatnya muli dari transformasi keilmuan, hubungan sosial, hingga perkembangan psikologi.
“Saya kira kita perlu memberlakukan tatap muka. Tapi tetap harus menjalankan Prokes dengan ketat. Secara teknis juga bisa dikombinasikan antar daring dan luring, atau pembatasan kehadirian di ruang kelas dengan bergiliran,” pungkasnya.
Komentar