oleh

Ratna Dewi, Berpolitik untuk Melanjutkan Perjuangan Leluhur

KABARPARLEMEN.ID – Selalu ada movitasi dalam diri setiap orang ketika melakukan suatu pekerjaan, termasuk dalam berkarier. Motivasi itu bisa vareatif, termasuk yang terjadi pada Ratna Dewi.

Ratna Dewi lahir di Tasikmalaya, 27 April 1975. Anak ketiga dari empat bersaudara. Ia menjadi anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya saat masih mengantongi ijazah SMA, karena belum sampai merampungkan studinya di Strata Satu (S1) pada bidang ekonomi.

Sejak awal memilih berpolitik praktis sekitar tahun 2009-an, Ratna jatuh hati pada Partai Amanat Nasional (PAN). Sejak saat itu tidak pernah beralih partai hingga saat ini.

“Sejak awal memang saya memilih PAN. Alasannya karena merasa cocok saja dengan pribadi saya. Di PAN juga banyak kader-kader muda yang memiliki gerakan sesuai hati nurani saya. Itu sih faktor-faktor yang menonjolnya,” ujar Ratna.

Ratna mula-mula tercatat sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PAN. Kemudian, berkat loyalitas dan konsistensinya, Ratna kemudian masuk pada struktur pengurus DPD PAN Kabupaten Tasikmalaya. Posisinya sebagai Wakil Sekretaris.

Pada perhelatan Pelimihan Legislatif (Pileg) tahun 2019, Ratna ikut serta dalam medan kontestasi. Ia harus bermompetisi bukan hanya dengan politikus perempuan, tetapi juga politikus laki-laki yang bahkan kebanyakan di antaranya sudah lebih senior.

Takdir mengantarkan Ratna lolos terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya pada Pileg 2019 itu, dari Daerah Pemilihan (Dapil) 6 Kabupaten Tasikmalaya. Kini ia duduk sebagai anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (F PAN).

“Salah satu hal yang sangat saya syukuri adalah karier politik saya yang sejak awal selalu lancar dan mulus. Walaupun seorang perempuan, tetapi ternyata terbukti, saya bisa menjadi pemenang,” syukur Ratna.

Bermula dari Bisnis

Ratna mengaku bahwa sebelum terjun ke dunia politik, ia seorang pengusaha. Bisnisnya pada bidang kontraktor. Antara lain menangani projek-projek pengadaan dan pekerjaan fisik.

“Tapi bisnisnya kecil-kecilan saja. Bukan pengusaha besar dengan omzet luar biasa,” ujar Sekretaris Komisi IV pada DPRD Kabupaten Tasikmalaya itu merendah.

Menjadi pengusaha pada bidang kontraktor mestinya membuat Ratna berkecukupan secara finansial. Tetapi itu belum cukup baginya. Dalam dirinya tertanam tekad besar untuk menjadi manusia yang jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat.

“Saya orangnya kan suka bersosialisasi. Mungkin dengan cara berpolitik ini juga salah satu cara saya untuk membantu masyarakat. Dengan cara menampung dan menyalurkan aspirasinya. Tentu sekuat dan sebisa saya. Insya Allah saya perjuangkan,” lanjut ibu bagi satu orang anak itu.

Adapun yang paling ingin Ratna perjuangkan antara lain menunjukkan kepada kaum perempuan bahwa hakikatnya mereka punya hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Hal tersebut bukan hanya dalam ranah politik, melainkan dalam bidang apapun.

Untuk itu, ia ingin mengangkat dan memberdayakan kaum perempuan secara ekonomi dan sosial. Dengan duduk di bangku DPRD, paling tidak cita-citanya dapat terealisasi dengan membentuk sebuah kebijakan yang benar-benar menyentuh dan berpihak kepada kaum perempuan.

Lebih jauh dari itu, bagi Ratna, berpolitik juga atas dasar kesadaran bahwa di antara esensi berpolitik adalah perawatan. Dalam arti menjaga ritme silaturahmi serta komunikasi dengan konstituen.

Melalui proses itulah Ratna dapat mengukur diri, kalau dalam titik tertentu, tidak semua aspirasi masyarakat dapat terwujud. Jika itu terjadi, maka ia tak segan untuk memohon maaf kepada masyarakat atas keterbatasannya.

Trah Sukapura

“Adapun yang paling mendasar kenapa saya berpolitik karena saya menjaga serta merawat energi trah Sukapura. Maksudnya, kebetulan, dari pihak ibu, garis keturunan saya ini masih nyambung ke Sukapura. Tapi, barang kali itu kebetulannya,” lanjut Ratna.

Persisnya, kalau Ratna tidak salah mengingat, dari garis keturunan pihak ibu, ia merupakan keturunan ke-15 dari silsilah Dalem Sawidak Sukapura. Tetapi, katanya, faktor “perempuan” menyebabkan sang ibu tidak mencantumkan gelar “raden” pada namanya, berbeda dengan saudara-saudara laki-lakinya. Alhasil, Ratna dan ketiga saudaranya pun tanpa menerakan gelar “raden” pada namanya.

Tentang keluarganya itu, Ratna meng aku sangat beruntung karena selalu mendapat dukungan penuh dari keluarga. Berbagai macam cara support dari keluarganya ia dapatkan. Terutama sekali soal pengertian, karena tidak bisa tidak, posisinya sebagai wakil rakyat pada momen-momen tertentu lebih banyak meng-habiskan waktu dan perhatian di luar rumah.

“Alhamdulillah, keluarga sangat memahami posisi saya. Kalau lagi di kantor atau lagi sibuk misalnya, ya, mereka ngerti kalau tidak bisa ketemu sama saya. Makanya, kalau saya lagi di rumah, pokoknya saya full dengan keluarga. Kumpul bersama keluarga,” pungkasnya.

(Dari berbagai sumber)

Komentar