KABARPARLEMEN.ID — Yane Sriwigantini adalah sosok yang membuktikan bahwa kelembutan dan kekuatan bisa berjalan beriringan dalam diri seorang perempuan. Ia lahir di Tasikmalaya pada 24 April 1974. Anak bungsu dari enam bersaudara.
Yane tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan disiplin. Ibunya, Hj. Unah Surtini, dikenal sebagai sosok penyayang. Sementara ayahnya, H. Udin Sudrajat, seorang anggota TNI. Ayahnya mewariskan karakter ketegasan dan keteraturan.
Semasa kecil, Yane perpindahan ke Bangka, mengikuti ayahnya yang bekerja, selepas pensiun. Baru pulang lagi ke Tasikmalaya sebelum ia memasuki bangku sekolah dasar.
Semasa sekolah, Yane tumbuh menjadi anak yang aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Kedisiplinan yang diajarkan oleh ayahnya serta dukungan dari keluarga besar, terutama saudara-saudara dan kakaknya, membentuk Yane menjadi sosok yang mandiri dan bertanggung jawab.
Setelah menamatkan pendidikan SMA pada tahun 1992, Yane melanjutkan studinya di Akademi Sekretaris Bandung. Ia menyelesaikan pendidikan D3 pada tahun 1995.
Menempuh pendidikan formal merupakan suatu keharusan baginya. Sekalipun demikian, itu tidak menghambat perannya sebagai seorang ibu. Juga tidak menghentikannya dalam mengejar ambisi yang lebih besar, termasuk dalam dunia politik.
Terjun ke Dunia Politik
Dunia politik yang penuh tantangan dan dominasi laki-laki menjadi medan baru yang kemudian digeluti oleh Yane. Dorongan itu datang dari Aki Elon, tokoh Muhammadiyah yang sangat berpengaruh dalam karier politiknya.
Dukungan Aki Elon membuat Yane berani melangkah ke arena politik dengan bergabung sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN). Ia memulai karier politiknya dari bawah, sebagai ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PAN.
Tugasnya tidak mudah, sebab harus membentuk ranting, atau struktur partai di tingkat desa. Sebuah pekerjaan yang membutuhkan dedikasi dan kerja keras.
Pada tahun 2008, Yane terpilih sebagai ketua DPC PAN Cigalontang, sebuah tanggung jawab yang semakin memperkuat kiprahnya di dunia politik. Setahun kemudian, pada pemilihan Legislatif 2009, ia diminta untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPRD.
Keputusan ini tidak diambil dengan mudah; kebimbangan sempat menghantui Yane, terutama karena ada keponakannya yang juga mencalonkan diri dari kecamatan yang sama. Namun, dorongan dan keyakinan yang diberikan oleh kedua orang tuanya akhirnya membuat Yane mantap melangkah.
Kampanye dan kerja keras yang dilakukan Yane tidak sia-sia. Ia terpilih sebagai anggota DPRD Tasikmalaya. Sebuah pencapaian besar bagi seorang perempuan yang awalnya hanya belajar kelembutan dan peran tradisional perempuan.
Kehidupan politik Yane tidak membuatnya melupakan peran sebagai ibu. Meskipun sibuk dengan berbagai tugas sebagai anggota dewan, ia tetap menjalankan tugas pengasuhan dengan baik. Anak-anaknya masih berada dalam radar pengasuhannya: mengantar dan menjemput sekolah, serta memilih pesantren sebagai tempat pendidikan yang terbaik bagi mereka. Kedekatan dengan anak-anak tetap terjaga meskipun ia memiliki tanggung jawab besar di luar rumah.
Dalam perannya sebagai anggota DPRD, Yane ditempatkan di Komisi II. Ia berkesempatan untuk menyuarakan aspirasi dan kebijakan yang mendukung kaum perempuan.
Tidak hanya berfokus pada tugas legislatif, Yane juga aktif dalam kegiatan di luar parlemen, seperti menjadi Ketua Federasi Arum Jeram Kabupaten Tasikmalaya.
Melalui posisinya di DPRD, Yane turut berperan dalam meningkatkan anggaran untuk PAUD dan Posyandu, dua sektor yang mayoritas tenaga kerjanya adalah perempuan. Dengan demikian, Yane secara tidak langsung berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan perempuan di Kabupaten Tasikmalaya.
Dari 50 anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya, hanya ada delapan perempuan. Itu kenyataan betapa sedikitnya representasi perempuan dalam politik. Namun, Yane tidak menjadikannya sebagai halangan.
Yane justru melihat kesempatan tersebut sebagai peluang untuk melakukan kebaikan sekecil apapun yang bisa berdampak besar. Baginya, posisi di DPRD adalah sarana untuk memperjuangkan hak dan aspirasi perempuan.
Mengingat Perkataan Orang Tua
Sebagai pengalaman hidup yang penuh kesan, Yane selalu mengingatkan pentingnya mendengarkan nasihat dan perkataan orang tua. Baginya, pengalaman dan kebijaksanaan orang tua adalah fondasi yang kokoh dalam mengambil setiap langkah dalam hidup, termasuk dalam dunia politik yang penuh dengan intrik dan tantangan.
“Kalaulah saya boleh berpesan, bagi siapa pun, tetaplah mengingat perkataan orang tua. Lebih penting dari itu adalah menurutinya. Sebab tidak ada orang tua yang mengharapkan hal buruk terjadi kepada anak-anaknya,” pesan Yane.
(Dari berbagai sumber)
Komentar